Agrotekno Lab
085741862879
Jual Aspergillus niger
Indonesia adalah salah satu negara penghasil tepung tapioka terbesar di dunia. Indonesia memiliki potensi pertanian singkong yang sangat besar, karena Indonesia memiliki lahan yang luas dan iklim yang cocok untuk pertanian singkong, Indonesia memiliki varietas singkong yang cukup beragam. Saat ini industri yang paling banyak menyerap komoditas singkong adalah industri tepung tapioka atau tepung kenji, meskipun demikian saat ini berkembang industri-industri berbasis singkong seperti tepung mocaf, nata de cassava, bioetanol, gula cair, sorbitol, pakan ternak, industri makanan, dan lain-lain. Industri tapioka menghasilkan produk sampingan yang berupa ampas atau sering disebut juga onggok. Di Indonesia, industri tapioka cukup besar yang
banyak tersebar di daerah Jawa, Sumetara, Sulawesi, Kalimantan dan lain-lain. Sedangkan limbah cair industri tapioka masih belum termanfaatkan dengan baik sehingga menimbulkan masalah lingkungan dan menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha tepung tapioka.
Onggok masih memiliki
nutrisi cukup baik dan umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti sapi,
kambing, unggas, bahkan dapat diolah sebagai campuran industri makanan. Onggok
menjadi pakan alternatif yang cukup murah bagi para peternak ruminansia dan
unggas. Namun, kandungan protein pada onggok relatif rendah berkisar 2,2 %,
sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kadar protein dan menurunkan kadar
seratnya. Dengan memanfaatkan bioteknologi menggunakan Aspergillus niger onggok
singkong dapat meningkat kandungan proteinnya menjadi kurang lebih 18%.
Aspergillus niger
merupakan mikroorganisme jenis fungi yang mampu memfermentasi media memecah
bahan menjadi molekul-molekul lebih sederhana. Aspergillus niger merupakan
mikroba yang telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri. Aspergillus
niger membentuk miselia-miselia berwarna putih, dan menghasilkan spora berwarna
hitam. Proses fermentasi berlangsung optimal 4-6 hari.
Proses fermentasi onggok
dengan menggunakan Aspergillus niger relatif mudah. Untuk mengolah 100 kg onggok
dibutuhkan 100 g kapang Aspergillus niger. Langkah awal yang dilakukan
adalah onggok dikukus, setelah tanak, lalu tiriskan dengan menggunakan tampah,
atau terpal. Lalu taburi Aspergillus niger dan tutup dengan kain atau kertas Koran.
Setelah 4-6 hari, lakukan pemanenan, kemudian bisa langsung dicampurkan
konsentrat atau dikeringkan digiling. Untuk membantu proses fermentasi dapat
ditambahkan urea atau ZA kurang lebih 2%. Menurut Hartadi et all, 1980, kandungan protein onggok
terfermentasi lebih baik dari jagung, dedak padi atau polard yang masing-masing
mengandung protein sekitar 8,5; 12 dan 15%. Kandungan protein onggok
terfermentasi setara dengan bungkil kelapa (18%), namun masih lebih rendah dari
bungkil kedelai yang kandungan proteinnya antara 42-49%.
Selain onggok, kulit
singong juga dapat difermentasi dengan menggunakan Aspergillus niger untuk
meningkatkan kadar proteinnya. DARMA et
al. (1991) menjelaskan teknik fermentasi kulit singkong adalah sebagai berikut;
kulit singkong dicuci dengan air bersih untuk dihilangkan kotorannya yang
menempel, setelah bersih ditiriskan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC
selama 24 jam. Kulit singkong yang telah kering tersebut digiling berbentuk
butiran kecil yang bertujuan untuk memperluas permukaan fermentasi. Kemudian
dikukus dengan penambahan lebih dahulu air bersih pada kulit singkong giling
dengan perbandingan 1,2 : 1. Pengukusan dilakukan selama 30 menit dihitung pada
saat uap air mulai keluar dari permukaan atas kulit singkong yang dikukus.
Setelah terjadi gelatinisasi dan matang, diangkat lalu didinginkan. Substrat
yang telah dingin tadi diberi urea dan garam mineral dengan perbandingan untuk
satu kg kulit singkong matang ditambah 31.25 g (NH4)2SO4, 16,7 g urea, 7,19 g
NaPO4.2H2O, 2,08 g MgSO4, 0,63 KCl, 0,31 g ferrosulphat, dan 0,28 g CaCl2.
Setelah urea dan mineral bercampur merata, lalu diinokulasikanlah spora jamur
Aspergillus niger pada substrat sebanyak 1 g dengan konsentrasi spora 1012/g.
Kemudian substrat yang telah diberi spora
tersebut diletakkan pada wadah persegi empat dari plastik yang berlubang
terutama pada bagian dasarnya untuk membuang uap air yang terbentuk selama
fermentasi. Fermentasi dilakukan pada ruangan bersuhu 32 – 33ºC dengan
kelembaban 90% selama 3 – 4 hari dimana miselium dari jamur A. niger telah
menyebar merata dan berwarna putih. Setelah selesai proses fermentasi, produk
dipotong-potong dan dikeringkan dalam oven yang bersuhu 60ºC selama 48 jam.
Produk yang telah kering tadi, lalu digiling sehingga hasil akhirnya berupa
tepung. Hasil proses fermentasi kulit
singkong meningkat sampai 28% (bertambah sekitar 23% dibanding kandungan
protein kulit singkong yang tidak difermentasi), kandungan serat kasar juga
mengalami penurunan dengan proses fermentasi, dimana bila tidak difermentasi
kandungan serat kasarnya adalah 21,2% dan setelah difermentasi kandungan serat
kasarnya 14,96%. Hasil analisis juga menunjukan bahwa kandungan singkong hasil
fermentasi tidak mengandung HCN lagi (0,00%). Artinya produk fermentasi
singkong tidak lagi memiliki zat anti nutrisi yang beracun bagi ternak.
ini jual onggok singkong di daerah mana ya mas ?
BalasHapus