Mitra Bisnis UKM
085741862879
Jual Enzim alfa amylase dan gluco amylase
Singkong
adalah salah satu komoditas pertanian Indonesia yang cukup melimpah. Tanaman
ini banyak tersebar hampir di seluruh Indonesia dan tumbuh dengan subur karena
iklim dan lahan di Indonesia sangat cocok untuk tanaman singkong. Varietas
singkong di Indonesia cukup banyak dengan kualitas yang cukup baik dan tingkat
produksinya juga tinggi. Saat ini, teknologi pengolahan singkong sudah mulai
berkembang sehingga dihasilkan produk-produk yang bernilai ekonomis tinggi
diantaranya adalah; tepung tapioka, tepung mocaf, nata de cassava, bioetanol,
aneka makanan camilan, gula cair, dan lain-lain. Meningkatnya industri berbasis
singkong, menuntut kita untuk meningkatkan produksi sinkong. Indonesia memiliki
lahan yang masih cukup luas untuk mengembangkan pertanian singkong terutama di
Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Jawa, Maluku, dll. Selain itu, jumlah SDM di
Indonesia juga masih melimpah sehingga perlu dioptimalkan. Sektor pertanian
merupakan sektor yang strategis yang perlu mendapatkan perhatian secara serius
oleh semua kalangan untuk memacu industri nasional dan GNP nasional.
Salah
satu industri berbasis singkong yang memiliki prospek cukup bagus adalah
industri gula cair. Produk gula cair berbahan baku singkong memiliki kualitas
yang cukup baik sehingga mampu menyubstitusi penggunaan gula pasir pada
berbagai industri makanan atau minuman, dan konsumen rumah tangga. Kelebihan
gula cair diantaranya tidak mengkristal yaitu berbentuk cair sehingga
penggunaannya tidak perlu dilarutkan terlebih dahulu. Beberapa industri yang
menggunakan gula pasir perlu melarutkan terlebih dahulu sehingga memakan waktu
dan tenaga yang merupakan biaya produksi yang perlu dipertimbangkan
Gula
cair memiliki prospek pasar yang cukup potensial baik pasar lokal maupun luar
negeri. Oleh karena itu, bisnis pembuatan gula cair merupakan alternatif bisnis
yang cukup menjajikan. Usaha ini dapat dikerjakan dalam skala home industri
dengan investasi kecil, teknologi yang sederhana, bahan bahan yang cukup
melimpah, harga terjangkau, serta ketersediaanya dapat kontinue. Selain
menggunakan singkong, gula cair juga dapat diproduksi dengan menggunakan bahan
baku seperti pati jagung, sagu, ubi jalar, dan aneka umbi-umbian yang memiliki
kandungan pati tinggi.
Proses
pembuatan gula cair berbahan baku singkong dapat dilakukan melalui dua tahap
utama yaitu likuifikasi dan sakarifikasi. Proses lukuifikasi dan sakarifikasi
untuk mendapatkan glukosa dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu secara asam
dan secara enzimatis. Hidrolisis secara enzimatis dapat menghasilkan derajat
konversi pati menjadi glukosa lebih tinggi dibandingkan dengan hidrolisa secara
asam, dan dapat mencegah terjadinya kehilangan flavour (aroma). Untuk
menghasilkan sirup glukosa dengan mutu yang baik maka dilakukan proses
pemucatan, penyaringan dan penguapan.
Proses
luquifikasi adalah proses perubahan pati dari kental menjadi encer. Campuran
pati dan air (suspense pati) yang dipanaskan sampai mendidih akan berubah
bentuk menjadi kental yang disebut tergelatinisasi. Setelah ditambahkan enzim,
suspensi tersebut menjadi encer. Pembuatan suspense pati dilakukan dengan
menggunakan tangki atau panci sembari dilakukan pengadukan. Untuk membuat
suspensi gelatin adalah dengan mencampurkan bahan baku singkong yang telah
diparut atau menggunakan tepung singkong dilarutkan dengan air dengan
komposisi: 50 kg bahan baku dan 150 liter air kemudian diaduk hingga rata.
Setelah
itu, ke dalam tangki tersebut dimasukan enzim alfa-amilase dengan aturan pakai
1 ml untuk 1 kg pati. Jadi untuk 50 kg padi ditambahkan 50 ml enzim alfa-amilase.
Enzim tersebut berfungsi untuk menghidrolisis pati sehingga pati yang kental
karena panas (proses gelatinisasi) akan menjadi cair. Derajad keasaman (pH)
suspensi diatur hingga antara pH 6.2 - 6.4 dengan penambahan kapur tohor.
Pemasakan suspensi pati dilakukan sampai mendidih yaitu pada suhu 105 C. Pada
proses pemasakan akan terjadi proses dekstrinasi (proses menjadi dekstrin).
Proses
selanjutnya adalah sakarifikasi yaitu proses perubahan dekstrin menjadi gula.
Pati telah terpecah menjadi desktrin selanjutnya didinginkan manjadi 60 -64 C.
Larutan pati selanjutnya disaring terlebih dahulu, kemudian cairan tersebut
dimasukan ke dalam tangki sakarifikasi dengan penambahan enzim amiloglukosidase
dengan aturan pakai 1 ml / kg pati. Enzim ini berfungsi untuk memecah rantai
desktrin menjadi glukosa. Selama proses berlangsung dilakukan pengadukan untuk
mencampur enzim dengan sempurna. Proses sakarifikasi membutuhkan waktu maksimal
76 jam. Proses sakarifikasi dinyatakan telah optimal jika telah kadar gula
30-35 Brix. Semakin rendah kandungan glukosa , semakin tinggi kandungan
dekstrin dan maltosannya.
Langkah
selanjutnya adalah dilakukan proses pemucatan bertujuan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran dan warna yang tidak dikehendaki atau untuk penjernihan yaitu
dengan memberi arang aktif. Arang aktif memiliki kemampuan adhesi atau
penyerapan sangat kuat sehingga dapat mengikat, menggumpalkan dan mengendapkan
komponen anorganik atau organik untuk membebaskan sirup dari kotoran yang tak
diinginkan. Suhu selama pemucatan diatur 80 oC.
Kemudian
dilakukan penyaringan berguna untuk memisahkan arang aktif dan komponen yang
melekat pada cairan sirup. Penyaringan diharapkan dapat menahan partikel
kotoran yang telah digumpalkan sebelumnya oleh arang aktif sehingga cairan yang
dihasilkan berwarna kuning muda bening. Hasil penyaringan tersebut, kemudian
diuapkan. Proses penguapan dilakukan dengan menggunakan alat penggorengan yang
besar. Penguapan dengan cara ini akan menghasilkan gula yang berwarna kuning
kecoklatan. Proses penguapan dilakukan pada suhu 70 oC, sehingga dihasilkan
gula yang berwarna jernih kekuningan. Penguapan bertujuan untuk memekatkan
glukosa dari 30-35 brix menjadi 43-80 brix.
Setelah
dihasilkan gula cair yang siap dikonsumsi, kemudian gula cair dikemas dapat menggunakan
botol plastik. Gula cair yang telah dikemas tersebut siap dipasarkan. Selama
proses penyimpanan dapat dilakukan pada suhu kamar 28-35 oC, dimana suhu
tersebut kristalkisasi dekstrosa yang terkandung di dalamnya dapat dicegah.
Pada suhu yang lebih rendah ≤ 21 oC dekstrosa akan terkristalisasi sehingga
dapat menurunkan mutu dan dapat menimbulkan kesulitan dalam penanganannya.
Sebaliknya suhu penyimpanan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan timbulnya
perubahan warna pada produk, terutama jika disimpan pada periode cukup lama.
Pada kemasan berikan label untuk memberikan daya tarik yang disertai dengan
nomor sertifikasi P-IRT untuk skala home industri dari Dinkes. Sertifikasi
P-IRT dapat diperoleh dengan mengajukan kepada Dinas Kesehatan di masing-masing
kabupaten. Setelah mendapatkan penyuluhan tentang teknik-teknik produksi yang
aman, maka akan mendapat sertifikasi tersebut dan nomor sertifikasi tersebut
dapat dicantumkan pada produk. Setelah itu produk siap dipasarkan ke
industri-industri atau ke supermarket dan toko-toko.
Berapa harga enzimnya?
BalasHapusDimanakah sy bisa ikut pelatihan membuat gula cair dr singkong..?
BalasHapusDimanakah sy bisa ikut pelatihan membuat gula cair dr singkong..?
BalasHapuspengen ikut pelatihannya... kalo ada mohon infonya
BalasHapusMau dong ikut pelatihan kebetulan saya ada tanam singkong 3 ha
BalasHapusSiap ikut pelatihannya...
BalasHapusdari 1 kuintal singkong jadi berapa KG gulanya agan ?
BalasHapusKlo mau ikut pelatihan membuat gula singkong di mana mohon info nya
BalasHapusSaya tinggal di malang