Mitra Bisnis UKM
082227271875
Jual Inokulan Gaharu Fusarium solani
Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil gaharu yang cukup tinggi. Di Indonesia
tanaman penghasil gaharu tumbuh baik dan tersebar di seluruh Indonesia baik
yang tumbuh liar di hutan-hutan atau tanaman budidaya. Budidaya tanaman penghasil
gaharu banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan lain-lain. Budidaya
tanaman penghasil gaharu telah banyak dilakukan oleh pengusaha-pengusaha
swasta. Namun, pemerintah juga sudah mulai memberikan perhatian upaya pengembangan
hutan budi daya gaharu untuk mendorong produksi gaharu nasional.
Gaharu
memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi, potensi pasarnya cukup luas.Beberapa
negara importer gaharu antara lain negara-negara Arab, Eropa, China dan
lain-lain. Volume ekspor kayu gaharu
Indonesia ke China mencapai 200-300 ton dikatakan oleh Mashur Ketua Asosiasi
Gaharu Indonesia. Total permintaan impor kayu gaharu China diperkirakan
mencapai 500 ton per tahun dari total kebutuhan dunia sebesar 4.000 ton per
tahun. Ekspor gaharu ke China dilakukan melalui negara ketiga seperti Taiwan,
Hongkong dan Singapura. Sebelumnya Indonesia tidak bisa mengekspor langsung
karena hambatan birokrasi perdagangan. Ekspor langsung sudah diusahakan sejak
dua tahun lalu dan baru berhasil sekarang. Tingginya hambatan untuk ekspor
langsung karena pihak ketiga memperoleh margin yang tinggi dari produk ini.
Apalagi beberapa varietas gaharu Indonesia memiliki kualitas terbaik yang harganya
mencapai Rp 150 juta per kilogram. Di pasar China harganya bisa naik menjadi Rp
400 juta per kilogram akibat panjangnya mata rantai perdagangan. Kita berharap, perdagangan langsung gaharu ke
China bisa meningkatkan ekspor Indonesia hingga batas kuota 623 ton per tahun.
Batas kuota itu diperoleh Indonesia berdasarkan kesepakatan negara-negara
produsen gaharu dalam Konvensi Internasional tentang Perdagangan Spesies Flora
dan Fauna Dilindungi.
Kementerian
Kehutanan mencatat saat ini ada tujuh pasar ekspor kayu gaharu dalam negeri, yakni Saudi Arabia, Uni
Emirat Arab, Taiwan, Singapura, Hongkong, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Total
volume ekspor tahun 2010 mencapai 573 ton, naik signifikan dari lima tahun lalu
sebesar 170 ton. Total nilai ekspor kayu gaharu Indonesia di 2010 mencapai US$
85,99 juta dari US$ 26,09 juta di tahun 2006.
Tahun ini volume dan nilai dipastikan naik. Namun, kenaikannya
tergantung pada kadar air dan resin pohon yang dihasilkan. “Mudah-mudahan lebih
dari US$ 85 juta,” ujar Mashur tanpa mau merinci lebih detail. Zulkifli Hasan,
Menteri Kehutanan, mengakui ekspor kayu gaharu selama ini sulit langsung pasar
China dan membuat harga gaharu Indonesia lebih mahal. Dengan perdagangan
langsung, produsen Indonesia mendapat harga tinggi karena tidak ada biaya
perantara, sedangkan konsumen China
untung karena mendapat harga yang lebih murah. Mengacu pada kesepakatan
perdagangan, harga jual ekspor kayu gaharu ditetapkan US$ 10-US$ 15.000 per
kilogram. Penentuan harga ditetapkan berdasar kualitas kayu gaharu. Kesepakatan
ini diharapkan juga bisa menekan ekspor kayu gaharu ilegal.
Zulkifli
menambahkan terus meningkatnya permintaan ekspor dan tingginya harga jual
komoditas tersebut membuat pemerintah mengkaji peningkatan produksi melalui
pengembangan hutan budi daya. Selama ini 98% dari total ekspor produk gaharu
dalam negeri berasal dari hutan alam. “Dengan peningkatan permintaan di pasar
dunia, Indonesia tidak bisa mengandalkan gaharu dari hutan alam saja, harus
dikembangkan produksi melalui hutan budi daya,” ujarnya. Beberapa lokasi di
Indonesia memiliki iklim yang cukup mendukung bagi pengembangan hutan budi daya
gaharu. Di antaranya Papua, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Bangka
Belitung dan Lampung. Data Kementerian Kehutanan menunjukkan total varietas
gaharu dunia mencapai 15 varietas dan enam di antaranya tumbuh di seluruh
daerah di Indonesia kecuali Jawa dan Sunda Kecil.
Mashur
menambahkan asosiasi siap ikut dalam pengembangan budi daya. Rencananya akan
ada laboratorium genetika gaharu yang dikembangkan oleh asosiasi, Kementerian
Kehutanan dan Kementerian Pertanian. Dengan memanfaatkan budi daya, kayu gaharu
bisa dipanen pada usia tiga tahun. Selama ini, tanaman gaharu di hutan alam
baru bisa diambil pada usia 6-8 tahun. Gaharu budi daya membutuhkan biaya mulai
tanam hingga panen sebesar Rp 4 juta per pohon.
Sumber : http://www.indonesiafinancetoday.com
0 komentar:
Posting Komentar