Tapioka adalah salah satu jenis tepung
berbahan baku singkong yang banyak dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga atau
industri untuk aneka olahan makanan, pembuatan glukosa, dekstrin, dan
lain-lain. Tapioka yang diolah menjadi sirup glukosa dan destrin sangat
diperlukan oleh berbagai industri, antara lain industri kembang gula,
penggalengan buahbuahan, pengolahan es krim, minuman dan industri peragian.
Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan
pengikat dalam industri makanan, seperti dalam pembuatan puding, sop, makanan
bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain-lain. Potensi
pasarnya cukup besar, karena penggunaan tepung tapioka semakin variatif dan
berkembang, sehingga kebutuhannya juga meningkat dari tahun ke tahun.
Industri tepung tapioka banyak terdapat
di daerah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan baik skala home industri atau
pabrikan. Harga tepung tapioka eceran berkisar Rp.6500 – Rp.7.500, ditingkat
produsen berkisar Rp5000 – Rp.5500. Bagi produsen tepung tapioka skala rumahan
yang banyak dikerjakan dengan alat secara sederhana, harga jual yang relatif
rendah menyebabkan perolehan laba yang sangat tipis, sedangkan bahan baku
singkong cukup mahal berkisar Rp.800 – Rp.1200 dari suplayer. Oleh karena itu,
hal ini menyebabkan kendala bagi pengembangan industri tepung tapioka skala
rumahan. Oleh karena itu, pentingnya sistem kemitraan antara petani singkong
dengan para usahawan tepung tapioka, sehingga produksi singkong dan tepung
tapioka dapat ditingkatkan. Pada dasarnya semua jenis singkong dapat diolah
menjadi tepung tapioka, namun untuk mendapatkan hasil yang terbaik sebaiknya
singkong dipilih yang berkualitas baik yaitu warna putih, kadar pati tinggi,
kulit tipis dan mudah dikupas, kadar HCN rendah di bawah 50 mg/Kg. Beberapa
jenis singkong yang memiliki kualitas cukup baik untuk industri tepung tapioka
antara lain; singkong Gajah, Darul Hidayah, Meni, Kaspro, Gatot Koco, Thailand,
dan lain-lain.
Proses Produksi Tepung Tapioka
1.
Pengupasan
Pengupasan
dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk memisahkan daging singkong
dari kulitnya dengan menggunakan pisau. Singkong setelah dikupas langsung
dimasukan ke dalam bak pencucian agar tidak menimbulkan berkembangnya HCN. Selama
pengupasan, dilakukan pula tahap pemilihan singkong yang berkualitas tinggi
dari singkong lainnya. Singkong yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi
tapioka dan dijadikan sebagai makanan untuk ternak.
2.
Pencucian
Pencucian dilakukan
dengan menggunakan bak air yang mengalir atau dilakukan secara mekanis dengan
menggunakan drum beruji yang berputar digerakan dengan mesin diesel. Lakukan
pembilasan hingga bersih, sehingga warna tapioka putih bersih.
3.
Pemarutan.
Pemarutan dilakukan
dengan mesin pemarut, sehingga cepat dan efesien. Mesin pemarut dapat dipesan
di bengkel.
4.
Pemerasan
Tahap pemerasan ini
dilakukan dengan menggunakan saringan goyang. Dimana setelah dilakukan
pemarutan dan dihasilkan bubur singkong, lalu bubur singkong tersebut
diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan
bergoyang, ditambahkan pula air melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan
ditampung dalam bak pengendapan.
5.
Pengendapan.
Pati hasil
pemerasan diendapkan dalam bak pengendapan selama 4 jam. Air di bagian atas endapan
dialirkan dan dibuang, sedangkan endapan diambil dan dikeringkan. Dan dapat
disimpan dalam bak pengendapan selama beberapa hari.
6.
Pengeringan.
Tahap pengeringan dapat
menggunakan mesin oven (Suhu pengeringan + 450 C) atau menggunakan tenaga matahari. Hal yang penting
diperhatikan adalah pengeringan tidak boleh terlambat karena akan menyebabkan
perubahan kecoklatan dan berkembangnya jamur yang menyebabkan warna tepung
tapioca kurang cerah. Kelemahan penjemuran dengan matahari adalah memerlukan
lahan yang luas, dan seringkali cuaca kurang mendukung sehingga panas tidak
optimal. Sedangkan mesin oven harganya cukup mahal berkisar 12 juta kapasitas
100 Kg dan 50 juta kapasitas 300 Kg. Sebaiknya tepung tapioka yang dihasilkan
mengandung kadar air 13-15%.
0 komentar:
Posting Komentar