085741862879/087738104905
Jual Bibit Bakteri Acetobacter xylinum
Jual Bibit Bakteri Acetobacter xylinum
Industri tahu dan tempe adalah
salah satu industri berbasis pertanian yang sering kita jumpai di desa maupun
kota. Tahu dan tempe merupakan salah satu produk makanan berbahan baku kedelai
yang banyak disukai oleh masyarakat Indonesia. Tahu dan tempe biasanya menjadi
lauk teman bersantap atau diolah menjadi makanan camilan berupa keripik. Tahu
dan tempe selain mengandung gizi tinggi, juga memiliki cita rasa yang nikmat
sehingga digemari oleh banyak kalangan.
Di
Indonesia industri tahu dan tempe telah tersebar di seluruh tanah air. Tingginya
permintaan produk tahu-tempe, proses produksi mudah dan sederhana, menjadi daya
tarik bagi pelaku usaha untuk berinvestasi. Industri ini telah banyak
memberikan manfaat bagi pelaku usaha, membuka lapangan kerja, dan tersedianya
kebutuhan produk pangan.
Industri tahu-tempe umumnya
adalah industri berskala kecil, dikelola dengan teknologi sederhana, modal
kecil, dan jumlah tenaga kerja sedikit. Namun, seringkali limbah industri tahu
dan tempe ini tidak ditangani secara baik sehingga seringkali menyebabkan pencemaran
lingkunga. Industri tahu menghasilkan limbah padat berupa ampas tahu dan limbah
cair (way tahu), sedangkan industri tempe menghasilkan limbah cair dan limbah
kulit kedelai. Ampas tahu umumnya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi
atau kambing, sedangka limbah cairnya umumnya dibuang ke sungai. Pada industri
tempe, kulit kedelainya dijadikan pakan ternak dan limbah cairnya umumnya juga
dibuang ke sungai atau areal pemukiman sehingga mencemari lingkungan dan
mengganggu penduduk setempat.
Berdasarkan penelitian ternyata
limbah cair yang berasal dari proses perebusan dan perendaman kedelai industri
tahu dan tempe, mempunyai nilai suhu, TDS, TSS, BOD, COD serta amoniak bebas
yang melebihi standar baku mutu limbah cair, sehingga dapat mencemari
lingkungan. Limbah cair berupa air bekas rendaman kedelai dan air bekas rebusan
kedelai masih dibuang langsung diperairan di sekitarnya Jika limbah tersebut
langsung dibuang ke perairan maka dalam waktu yang relatif singkat akan
menimbulkan bau busuk dari gas H2S, amoniak ataupun fosfin sebagai
akibat dari terjadinya fermentasi limbah organik. Adanya proses pembusukan,
akan menimbulkan bau yang tidak sedap, terutama pada musim kemarau dengan debit
air yang berkurang. Ketidakseimbangan lingkungan baik fisik, kimia maupun
biologis dari perairan yang setiap hari menerima beban limbah dari proses
produksi tempe mempengaruhi kualitas air dan kehidupan organisme di perairan
tersebut.
Suhu limbah cair yang berasal
dari rebusan kedelai mencapai 75˚C. Apabila setiap hari perairan memperoleh
pasokan limbah cair dengan suhu yang tinggi maka akan membahayakan kehidupan
organisme air. Suhu yang optimum untuk kehidupan dalam air adalah 25 - 30 ˚C.
Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan maupun tanaman air
karena kadar oksigen terlarut akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu.
Tumbuhan air akan terhenti pertumbuhannya pada suhu air dibawah 10 ˚C atau diatas
40 ˚C . Terdapat hubungan timbal balik antara oksigen terlarut dengan laju
pernapasan mahkluk hidup. Meningkatnya suhu akan menyebabkan peningkatan laju
pernapasan makhluk hidup dan penurunan oksigen terlarut dalam air. Laju
penurunan oksigen terlarut (DO) yang disebabkan oleh limbah organik akan lebih
cepat karena laju peningkatan pernapasan makhluk hidup yang lebih
tinggi.(Connel dan Miller, 1995).
Air limbah dan bahan buangan
dari kegiatan industri yang dibuang ke perairan akan mengubah pH air, dan dapat
mengganggu kehidupan organisme air. Derajat keasaman (pH) air normal yang
memenuhi syarat untuk kehidupan berkisar antara 6,5 - 7,5. Limbah dari proses
pembuatan tempe ini termasuk dalam limbah yang biodegradable yaitu merupakan limbah atau bahan buangan yang
dapat dihancurkan oleh mikroorganisme. Senyawa organik yang terkandung di dalamnya
akan dihancurkan oleh bakteri meskipun prosesnya lambat dan sering dibarengi
dengan keluarnya bau busuk. Konsentrasi amoniak sebesar 0,037 mg / liter sudah
dapat menimbulkan bau amoniak yang menyengat. Pengaruh yang berbahaya pada ikan, zooplankton
maupun makhluk hidup yang lain disebabkan terjadinya penyumbatan insang oleh
partikel partikel yang menyebabkan afiksiasi.
Proses Mengolah Limbah Industri Tahu Dan
Tempe Menjadi Nata De Soya
Nata de Soya adalah nata
hasil fermentasi dari limbah cair produk olahan kedelai. Pada proses pembuatan tahu
menghasilkan limbah padat maupun cair. Limbah padat biasanya dimanfaatkan untuk
membuat tempe gembus atau sebagai pakan ternak. Sedangkan limbah cair tahu dan
tempe masih jarang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk bernilai ekonomis.
Dan, biasanya dibuang begitu saja ke sungai atau ke selokan. Air limbah tahu dan tempe sering kali menjadi masalah
pencemaran lingkungan yang mengganggu kesehatan. Pembuangan limbah ke
sungai mencemari lingkungan sekitar industri dan meningkatkan BOD (Biological
Oxigen Demand) dan bisa mengganggu biotik lingkungan sekitar. Pengolahan limbah
cair industri tahu dan tempe merupakan salah satu solusi mengatasi pencemaran
dan menghasilkan produk bernilai ekonomis yang dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Pemanfaatan
air limbah industri tahu-tempe sebagai produk pangan memberikan manfaat yang
besar bagi pengusaha industri tahu-tempe, baik nilai ekonomis maupun manfaat
dalam upaya penanganan limbah. Pengolahan limbah air tahu-tempe menjadi nata de
soya merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pencemaran. Oleh
karena itu, pengembangan usaha nata de soya perlu digalakan guna mengatasi
pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Limbah cair industri tahu
dan tempe mengandung protein dan karbohidrat yang cukup tinggi, kandungan
protein dan karbohidrat dalam limbah cair tahu dan tempe tersebut dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan produk nata de soya dengan memanfaatkan
Acetobacter xylinum. Bakteri ini mengubah karbohidrat dan protein dalam limbah
cair tahu-tempe menjadi serat selulosa dengan tekstur yang kenyal. Limbah air tahu (whey tahu) dan limbah cair tempe selain mengandung
protein juga mengandung vitamin B terlarut dalam air, lestin dan oligosakarida.
Berdasarkan kandungan unsur kimiawinya, whey tahu dapat menjadi media tumbuh
yang baik bagi bakteri Acetobacter
xylinum.
Limbah
cair tahu-tempe menjadi salah satu aliterernatif bahan baku untuk pembuatan
produk nata. Nata berbahan baku limbah kedelai memiliki karakteristik produk
yang secara kenampakan sedikit kekuningan, cita rasa yang khas kedelai, kenyal
namun lebih mudah putus dibandingkan dengan nata de coco lebih ulet, dan
kandungan seratnya cukup tinggi.
Proses
pembuatan nata de soya sama dengan nata de coco, bedanya hanya pada medianya
yaitu limbah air kelapa dengan limbah air kedelai. Berikut ini adalah proses
produksi pembuatan nata de soya dengan menggunakan bahan baku limbah industri
tempe:
a). Bahan yang
diperlukan
1. 50
liter air tahu/ air kedelai
2. 150
gram ZA
3. 4
Kg Gula pasir
4. Asam
asetat atau cuka 250 ml
5. Bibit
nata / starter 10%
b). Proses Pembuatan:
1. Penyiapan
nampan
Siapkan nampan
sejumlah yang dibutuhkan, jika kita menuang media larutan per nampan 1,2 liter,
maka dibutuhkan 42 nampan. Nampan yang akan digunakan ditutup koran dan diikat
dengan menggunakan karet ban.
2. Penyaringan
media
Limbah air
industri tempe hasil perebusan yang akan digunakan sebagai media pembuatan nata disaring dengan kain kasa, agar
kotoran-kotoran dan partikel kasar dapat dipisahkan.
3. Perebusan
Perebusan
dilakukan dengan menggunakan panci kapasitas 60 liter dengan menggunakan kayu
bakar atau batu bara. Penambahan gula pasir dan asam cuka ke dalam media
larutan, sambil dilakukan pengadukan. Jika larutan telah mendidih kemudian
ditambahkan ZA.
4. Inkubasi
/ Fermentasi
Larutan yang
mendidih kemudian dituang pada nampan-nampan yang telah ditutup dengan
menggunakan koran yang telah diikat dengan menggunakan karet ban. Kemudian
disusun dalam rak-rak. Setelah kurang
lebih 8 jam sehingga larutan dalam
nampan menjadi dingin kemudian dilakukan inokulasi dengan menambahkan
starter/bibit nata Acetobacter xylinum 10%.
5. Pemanenan.
Setelah pemeraman selama 7-10 hari, dilakukan
pemanenan. Nata dengan kualitas baik dan nata terkontaminasi jamur dipisahkan.
Nata terkena jamur dilakukan pengguntingan dan dibuang bagian yang terkena
jamur.
6. Pencucian
Nata hasil panen
kemudian dicuci dengan menggunakan air bersih. Kemudian setelah dicuci bersih
dapat disimpan dalam drum plastik dalam bentuk lembaran-lembaran atau
dipotong-potong dengan menggunakan mesin pemotong atau secara manual dengan
menggunakan pisau.
7. Penyimpanan
Nata yang telah
menjadi potongan kemudian disimpan dalam drum plastik dengan penambahan air
sampai permukaan nata tertutup air. Perawatan dilakukan dengan cara penggantian
air tiap 3 hari sekali.
Bahan nota de soya ada 5, salah satunya bibit nata atau starter. Apa itu bibit nata? Dan dimna kita bisa dapat bibit nata?
BalasHapus