Jahe (Zingiber
officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Tanaman jahe banyak dibudidayakan di Indonesia. Jahe
termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh
William Roxburgh dari kata Yunani yaitu zingiberi. Jahe memiliki rasa
yang khas yaitu pedas yang merupakan senyawa
keton bernamazingeron. Rasa pedas
tersebut dapat menghangatkan tubuh dan membangkitkan semangat jika dibuat
ramuan untuk diminum atau dijadikan obat gosok. Khasiatnya diyakini mampu
meningkatkan stamina, sehingga banyak dikonsumsi sebagai ramuan kesehatan bagi
kaum pria. Tanaman jahe telah banyak digunakan oleh nenek moyang kita sebagai
tanaman obat alami yang murah dan aman.
Di Indonesia, terdapat
tiga varietas
tanaman jahe yang banyak dibudidayakan
antara lain adalah; 1). Jahe gajah, jahe ini memiliki
ukuran yang besar gemuk dan rasanya
tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning atau putih; 2). Jahe
kuning, jahe ini memiliki ukuran sedang, warna kuning, rasanya lebih pedas
dibandingkan dengan jahe gajah, banyak dikonsumsi untuk bumbu masakan; 3). Jahe
merah, jahe jenis
ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa paling pedas, ukuran
rimpangnya kecil dengan kulit warna merah, jahe ini banyak digunakan sebagai obat herbal.
Jahe dipasarkan dalam bentuk segar, jahe
kering, awetan
jahe, jahe
bubuk, minyak
jahe, oleoresin
jahe. Jahe
kering merupakan potongan jahe
yang dikeringkan dengan irisan memotong serat irisan tipis. Awetan
jahe merupakan hasil pengolahan
tradisional jahe segarseperti permen jahe, acar,
asinan, sirup, dan jahe instan. Bubuk jahe merupakan
hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri, jahe
dikeringkan selanjutnya digiling dengan kehalusan butiran bubuk yang
ditentukan. Bubuk jahe banyak disuplai untuk industri farmasi,
minuman, dan jamu. Oleoresin jahe adalah
hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe berupa cairan cokelat
dengan kandungan minyak atsiri 15 - 35%.
B. Teknik Budidaya
Seiring dengan berkembangnya industri makanan
dan jamu, permintaan jahe terus meningkat. Permintaannya yang tinggi membuat
harga jahe juga tinggi. Hal ini menjadi daya tarik bagi para petani untuk
membudidayakan jahe secara intensif. Budidaya tanaman jahe relatif mudah.
Tanaman jahe dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis atu sub-tropis. Jahe
tumbuh subur di ketinggian 0 - 1500 meter di atas
permukaan laut, sedangkan jahe gajah tumbuh baik di
ketinggian 500 - 950 meter. Tanaman jahe membutuhkan curah
hujan 2500 - 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah
lembap dengan PH 5,5 - 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanaman jahe akan
tumbuh dengan optimal pada tanah yang gembur mengandung banyak unsur hara,
dengan pengairan yang cukup, namun tidak boleh tergenang. Tanaman jahe
membutuhkan penyinaran yang cukup. Jahe
menyukai wilayah tropis dan subtropis, dengan demikian Indonesia sangat baik
untuk menjadi sentra budidaya tanaman jahe.
Untuk melakukan budidaya tanaman jaeh, maka langkah awal yang
harus dilakukan adalah menyiapkan bibit. Bibit jahe yang akan ditanam harus
memiliki mutu genetik yang baik, memiliki kualitas fisiologik yang berarti
pertumbuhannya tinggi dan memiliki tampilan fisik yang baik. Untuk mendapatkan
bibit yang baik yaitu dengan memilih tanaman jahe yang sudah berusia 9 - 10
bulan. Pilihlah tanaman dengan rimpang yang sempurna, tidak cacat karena
terkelupas atu terserang penyakit. Setelah mendapatkan bibit bermutu baik,
selanjutnya adalah proses penyemaian bibit. Agar tumbuh jahe serentak, bibit terlebih
dahulu harus disemaikan sampai tumbuh kecambah. Penyemaian bisa dilakukan di
bendengan. Bedengan ukuran 10 x 8 meter dapat untuk menyemai 1 ton bibit jahe.
Sebelum memasukkan bibit, pastikan rumah tersebut telah dibuat bedengan dengan
menggunakan tumpukan jerami. Ketebalan jerami mencapai 10 cm. Rimpang yang
menjadi bibit kemudian disusun dalam bedengan kemudian ditutup jerami, kemudian
disusun lagi lapisan selanjutnya dengan bibit jahe dan ditutup jerami lagi,
begitu selanjutnya sampai didapatkan 4 susun bibit jahe dan jerami. Setiap
hari, tumpukan bibit dan jerami ini disemprot dengan larutan fungisida dan zat
tumbuh.
Masa penyemaian di bedengan biasanya memakan waktu 2 minggu.
Setelah itu, buka bedengan dan pilih bibit berkualitas untuk selanjutnya ditanam.
Masing-masing rimpang bibit bisanya ditumbuhi 3- 4 tunas. Pisahkan tunas
tersebut dan bibit siap ditanam. Sebelum dipindahkan ke lahan, sebaiknya bibit
jahe harus disortir. Untuk membunuh bibit penyakit, masukkan dalam karung dan
dicelupkan lagi ke dalam larutan fungisida. Diamkan selama 8 jam. Setelah itu
bibit kemudian dijemur selama 2 - 4 jam.
Sebelum menanam bibit jahe, lahan harus disiapkan dulu dengan
membuat bedengan-bedengan dan diberikan pupuk organik. Selanjutnya, pada
bedengan tersebut dibuat lubang tanam dengan kedalaman 5 - 8 cm. Setelah
semuanya siap, tanamlah bibit pada lubang tersebut dengan cara direbahkan. Masa
penanaman terbaik adalah di awal musim penghujan agar pasoka air untuk jahe
yang baru ditaman jauh lebih besar. Setelah lahan dan bibit jahe siap, lakukan
penanaman.
Pada usia 2 - 3 minggu, lakukan penyulaman terhadap tanaman jahe
yang terserang penyakit atau mati. Pada usia 3 - 6 minggu, proses penyiangan
harus mulai dilakukan. Setelah berusia 6- 7 bulan, tidak diperlukan lagi proses
penyiangan sebab tanaman jahe sudah memiliki rimpang yang kuat dan besar.
Langkah selanjutnya dalah pemupukan susulan dengan pupuk organik yaitu kompos
atau pupuk kandang. Penggunanaan bahan kimia akan membuat khasiat jahe
berkurang. Cara mengaplikasikan pupuk dengan ditebar atau dicampur dengan
tanah.
Proses pemeliharaan tanaman jahe lainnya adalah pengairan dan
juga penyiraman. Jahe sebenarnya tidak memerlukan air yang banyak. Oleh karena
itu, pada musim penghujan maka saluran air harus berjalan baik sehingga air
tidak menggenang yang menyebabkan tanaman menjadi terseranhg penyakit.
Penyiraman dilakukan dalam kadar tertentu tergantung kondisi tanah, terutama
pada musim kemarau. Lakukan penanggulangan hama dan penyakit. Binatang
penggangu tanaman jahe biasanya adalah : kepik, menyebabkan daun jahe berlubang; ulat
penggerek akar yang menyerang akar dan jika tidak ditanggulangi, tanaman jahe
akan kering dan mati; dan kumbang. Untuk menanggulangi hama
dengan menyempritkan pestisida secara berkala. Dapat menggunakan pestisida
alami bisa berupa tembakau yang ampuh untuk serangga kecil semacam Aphidis.
Selain tembakau, petani juga bisa menggunakan piretrum yang amput mengusir ulat
penggerek akar, lalat rumah, nyamuk, hama gudang, lalat buah dan lain-lain.
Setelah tanaman jahe berumur 9-12 bulan, dapat dilakukan proses
pemanenan. Langkah pemanenan tergantung pada peruntukan jahe. Untuk jahe bumbu,
sudah bisa dipanen di usia 4 bulan. Cara memanen harus hati-hati, tanah
dibongkar menggunakan alat seperti garpu atau cangkul, jangan sampai mengenai
rimpang jahe. Rimpang
jahe yang dipanen pada umur yang masih muda tidak bertahan lama disimpan di
gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan secepatnya agar tetap layak dikonsumsi.
Untuk mendapatkan rimpang jahe yang berkualitas, jahe dipanen pada umur tidak
terlalu muda juga tidak terlalu tua.
Bahan yang
digunakan:
1.
Jahe
2.
Gula jawa secukupnya
3.
Gula pasir
4.
Kayu manis secukupnya
5.
Air 1 liter
Alat yang
digunakan:
1.
Parut
2.
Baskom
3.
Penyaringan
4.
Panci
5.
Wajan
6.
Susruk
7.
Sendok
8.
Plastik
9.
Timbangan
C. Cara
Kerja
1.
Jahe ditimbang
2.
Jahe dicuci dan bagian
yang busuk dibuang.
3.
Jahe diparut.
4. Jahe yang sudah diparut,
disaring sehingga terpisah antara filtrat (cairan) dengan ampasnya.
5. Filtrat direbus (apabila
ditambahkan rempah-rempahlain, maka rempah tersebut direbus terpisah dengan air
bersih secukupnya. Kemudian ditambahkan kayu manis secukupnya.
6.
Setelah filtrat mendidih
masukkan gula pasir dengan perbandingan gula pasir:filtrate = 1:1 atau 2:1. Kemudian
kecilkan api, agar produk yang dihasilkan jahe instan dengan tekstur yang
lembut. Aduk secara terus menerus.
7.
Ketika busa mulai turun
dan filtrate berubah menjadi tepung, matikan api dan pengadukan, dilakukkan
terus menerus dan semakin dipercepat.
8. Setelah menjadi tepung
dilakukan pengayakan. Tepung yang masih menggumpal dihancurkan kemudian diayak.
Pengayakan harus diselesaikanelagi jahe instant masih panas.
9. Setelah proses pengayakan
selesai. Jahe instant didiamkan sampai dingin.
10. Setelah dingin jahe instant siap dikemas. Pengemasan dapat
menggunakan botolplastik ataupun plastik sachet.
0 komentar:
Posting Komentar